Selasa, 30 Juli 2013

Risiko Kanker Lebih Tinggi Jika Tinggal di Kawasan Industri

Global News - Jakarta – Ungkapan bahwa kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan
tempat tinggal sepertinya benar adanya. Terutama bagi penduduk yang tinggal di
daerah industri nampaknya harus waspada.
Menurut studi baru, orang yang tinggal di dekat lokasi pelepasan benzena,
seperti kilang atau pabrik yang banyak melepas bahan kimia ke air atau udara,
memiliki risiko tertular limfoma non-Hodgkin atau kanker kelenjar getah bening
yang lebih tinggi.
"Pada kanker yang lebih umum seperti payudara, paru-paru, atau usus, kita
memiliki asosiasi yang terkenal dan bisa mengembangkan faktor risiko," kata
penulis studi Dr Christopher Flowers, profesor hematologi dan onkologi medis di
Emory University School of Medicine.
Namun, menurut Flowers, untuk limfoma belum ada faktor risiko yang jelas tapi
sangat penting untuk mengidentifikasi faktor risiko dari usia penduduk. Dalam
sebuah penelitian di Jurnal Cancer, Flowers dan rekannya mengumpulkan data
tentang situs rilis benzena di Georgia dari Environmental Protection
Agency’s (EPA) Toxics Release Inventory dan membandingkannya dengan data
kejadian limfoma dari Georgia Comprehensive Cancer Registry.
Penelitian ini adalah yang pertama menganalisis dampak dari benzena pada tingkat
populasi, jarak, dan kelompok penderita kanker kelenjar getah bening yang ada di
sekitar lokasi paparan benzena. Setelah menganalisis data, peneliti menemukan
bahwa kejadian kanker kelenjar getah bening lebih besar terjadi pada orang yang
berada di sekitar paparan benzena.

Selain itu, risiko penduduk tertular kanker kelenjar getah bening naik 0,31
persen setiap jarak lokasi mereka bertambah satu mil.
"Kami tidak bisa mengatakan secara langsung bahwa benzena yang menyebabkan
kanker, tapi kedekatan perumahan terhadap lokasi yang banyak memaparkan benzena,
insiden kankernya lebih tinggi," jelas Flowers.
Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum langkah-langkah membatasi paparan
benzena pada masyarakat dilakukan. Menurut Flowers, EPA perlu melacak
lokasi-lokasi yang mengandung paparan Benzena di Amerika Serikat.
"Ada sejumlah lokasi paparan benzena dan beberapa berpotensi menjadi pabrik. Zat
kimia yang dikeluarkan bisa meresap lewat bawah tanah dan beberapa disalurkan
melalui tanaman," papar Flowers, seperti dilansir Fox News, Selasa (30/7/2013).
Ke depannya, peneliti berharap bisa menggunakan studi mereka untuk mengembangkan
metode guna mengurangi paparan faktor risiko limfoma, seperti benzena, dalam
populasi yang lebih luas. Ia berharap bisa mengidentifikasi faktor risiko dan
melakukan pendekatan pada tingkat populasi untuk menurunkan eksposur benzena
dengan membatasi lokasi paparannya.
"Mungkin studi lain akan memberi informasi kepada publik dan masyarakat untuk
mencoba dan mengidentifikasi di lokasi mana risiko penyakit itu mungkin
meningkat," kata Flowers.
Flowers dan rekan-rekannya di Winship Cancer Institute of Emory University
merupakan bagian dari International Lymphoma Epidemiology Consortium
(InterLymph), sebuah organisasi yang berusaha lebih memahami faktor risiko untuk
subtipe limfoma yang berbeda.

Koran Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar