Global News - Menteri Luar Negeri Mesir yang baru diangkat, Nabil Fahmy, menyatakan,
bahwa presiden terguling Mohamed Morsi bukan situs suci yang harus
dikunjungi. “Ia sedang diselidiki sehubungan dengan sejumlah isu,” kata
Fahmy.
“Kunjungan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton dan
delegasi Uni Afrika ke Morsi, bertujuan untuk memungkinkan para
pengunjung untuk mendapatkan informasi dari Morsi pada apa yang terjadi
di Mesir,” lanjut Fahmy.
“Tapi, itu tidak berarti bahwa Morsi adalah situs daya tarik bagi
pengunjung,” tegas Fahmy, seperti dikutip oleh kantor berita resmi Mesir
MENA. “Semua orang yang telah bertemu Morsi menegaskan dukungan untuk
rencana roadmap Mesir, serta mengutuk tindak kekerasan dan terorisme,”
lanjutnya.
Menurut Fahmy, sebuah kelompok HAM Mesir juga ingin mengunjungi Morsi. Tapi, Morsi menolak untuk menemui mereka.
Sementara itu, Mohamed Fayiq, yang memimpin kelompok HAM Mesir
mengatakan kepada Xinhua, bahwa Morsi telah "diperlakukan dengan
bermartabat dan hormat". Selain itu, Morsi juga berada dalam kondisi
kesehatan yang baik.
Fayiq mengatakan, ia telah bertemu Rifaah el-Tahtawy, yang ditugaskan
oleh Morsi untuk berbicara dengan kelompok HAM. Sejak digulingkan oleh
militer pada 3 Juli silam, hingga kini Morsi tak pernah lagi muncul di
muka umum. Juga tidak diketahui lokasi pasti keberadaan Morsi saat ini.
SINDONEWS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar