Global News World : SEMARANG - Jumlah produksi kopi di Jateng pada tahun
2013 ini mengalami penurunan akibat cuaca ekstrem. Wakil Ketua Asosiasi
Ekportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah Mulyono Soesilo mengatakan,
panen kopi Jateng terlambat sebulan karena cuaca panas berkepanjangan
yang menyebabkan panen mundur dari perkiraan Mei-Agustus menjadi
Juni-September.
"Cuaca ektrem awal tahun berpengaruh pada mutu
green bean sehingga produksinya turun diperkirakan tinggal 18.000 ton,
padahal tahun lalu bisa 400.000 karung atau 24.000 ton," ungkapnya di
Semarang.
Menurutnya produksi kopi di Jateng sebagian besar saat
ini digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Sementara sisanya di ekspor
ke luar negeri untuk jenis arabica dan robusta."produksi diekspor tujuan
Jepang, Italia, Jerman, Prancis dan negara lain, sementara 60% untuk
pasar lokal memasok pabrik pembuat minuman instan,"ungkapnya
Ia
mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah pelemahan rupiah tidak begitu
memengaruhi perdagangan kopi dalam negeri mengingat harga komoditas itu
di pasar luar negeri mengalami penurunan 12 persen.
"Yang
dikhawatirkan eksportir bukan pelemahan rupiah, kita harapkan posisinya
justru stabil pada kisaran tertentu misalnya Rp10.000-Rp10.500 atau
Rp11.000-Rp11.500, kalau fluktuasinya tajam eksportir tidak akan survive," ungkapnya
Menurutnya,
pelemahan rupiah terhadap dolar AS selama ini sudah mencapai 12% dengan
demikian tidak begitu berdampak pada harga ekspor robusta yang pada
waktu hampir bersamaan juga mengalami penurunan hingga 12%. Untuk itu
kalangan eksportir Kopi di Jateng mengharapkan pemerintah menjaga nilai
tukar rupiah tetap stabil.
"Hal ini dikarenakan fluktuasi nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika menghambat ekspor komoditas itu ke
pasar Eropa,"ujarnya.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar