Minggu, 15 September 2013

Suriah Sambut Baik Kesepakatan AS-Rusia

Global News World : Menteri Rekonsilasi Suriah, Ali Haidar, menyambut baik kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia tentang senjata kimia negara itu.

Reaksi pertama pemerintah Damaskus atas kesepakatan tersebut disampaikannya dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, Ria Novosti.

"Pada satu sisi, hal itu akan membantu Suriah ke luar dari krisis dan pada sisi lain akan membantu mencegah perang melawan Suriah, melemahkan mereka yang ingin melancarkanya atau alasan untuk itu," jelas Haidar.

"Itu merupakan kemenangan yang dicapai Suriah, terima kasih untuk kawan kami, Rusia."

Sebelumnya AS dan Rusia mencapai kesepakatan bahwa Damaskus harus memberikan semua rincian tentang pasokan senjatanya dan senjata kimia dimusnahkan pada pertengahan 2014.

Jika Suriah gagal memenuhinya maka kesepakatan akan ditegakkan lewat sebuah resolusi PBB dengan dengan penggunaan kekerasan sebagai upaya terakhir.

Presiden Barack Obama sudah menegaskan keyakinannya bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia dalam menghadapi kelompok pemberontak.
Seruang perluasan larangan
Suriah memberi izin kepada Tim PBB untuk melakukan pemeriksaan.

Pemerintah Washington dan Moskow juga sepakat dengan perkiraan Suriah memiliki 1.000 ton bahan kimia, seperti disampaikan seorang pejabat AS.

Dalam perkembangan lain, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sejauh ini masih belum sepenuhnya mendukung kesepakatan AS-Rusia.

Sementara kelompok perlawanan di Suriah, Koalisi Nasional, menyerukan agar larangan senjata kimia diperluas dengan mencakup larangan penggunaan rudal balistik dan serangan udara di kawasan perkotaan.

Amerika Serikat sempat mengancam akan melakukan serangan ke Suriah, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan kimia yang menewaskan lebih dari 300 orang pada 21 Agustus lalu.

Pemerintahan pimpinan Presiden Bashar al-Assad membantah melakukan serangan tersebut dan menuding pelakunya adalah kelompok pemberontak. Mereka juga memberi izin kepada Tim PBB untuk melakukan penyelidikan di tempat kejadian di pinggiran Damaskus.

Bagaimanapun, ditengah-tengah tercapainya kesepatan, AS menyatakan militernya tetap berada dalam posisi untuk melakukan serangan.

Konflik di Suriah selama sekitar dua setengah tahun diperkirakan sudah menewaskan lebih dari 100.000 orang.

detiknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar