Global News World : JAKARTA - Bulan Puasa selain menjadi bulan yang penuh
hikmah, juga menjadi bulan di mana perubahan pola konsumsi makanan
menjadi berubah. Bagaimana tidak, makanan yang tadinya tidak reguler
ada, seperti kolak, serta makanan hidangan sahur yang spesial akan
selalu hadir menemani saat bersantap buka puasa maupun sahur di Bulan
Ramadan.
Dengan begitu, banyak masyarakat mempersiapkan bahan
makanan seperti cabai, bawang, dan rempah-rempahan lainnya. Hal tersebut
dipersiapkan agar menu berbuka puasa atau menu santap sahur menjadi
lebih spesial dan lebih enak.
Namun, meningkatnya permintaan
akan barang komoditas rempah-rempah tersebut tidak sejalan mulus dengan
harga jual dari barang komoditas tersebut. Saat ini, sebagian harga dari
komoditas tersebut seperti cabai, bawang, sudah mengalami perlonjakan
harga yang signifikan.
Pengamat Pertanian Khudori mengatakan
kenaikan harga pada sebagian komoditas memang sudah menjadi momentum di
saat Bulan Ramadan, dan momentum seperti ini akan terus terjadi setiap
tahunnya.
"Sebetulnya ini momentum Lebaran akan seperti ini
terus, pola konsumsi kita yang berubah, yang berbeda dengan bulan
biasanya," ucap Khudori kepada Okezone di Jakarta.
Melonjaknya
harga sebagian komoditas tersebut dinilai tidak akan mempengaruhi daya
beli masyarakat. Menurut Khudori, masyarakat akan terus membeli komoditi
tersebut walaupun level harganya telah berubah.
"Dalam
kondisinya puasa seperti ini, level harganya berapa pun masyarakat akan
tetap membeli komoditi tersebut, karena kalau di bulan puasa kan makanan
yang kita makan pasti lebih spesial, pasti lebih enak dan bergizi,"
tambahnya.
Akan tetapi, Khudori menyesalkan atas prilaku sebagian
permainan penjualan komoditi tersebut yang menyebabkan harga menjadi
mahal. Sebab, permintaan meningkat tidak mempengaruhi pasokannya yang
ada saat ini.
Lanjut Khudori, menyikapi hal tersebut, seharusnya
pemerintah harus mengetahui faktor-faktor yang membuat sebagian harga
komoditi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tidak hanya
memikirkan penyeimbangan suplai dan demand.
Tapi pemerintah juga
harus memiliki instrumen lain, yakni harus mengetahui pendistribusian
barang tersebut, apakah terganggu atau tidak. "Harga mahal itu karena
distribusinya terganggu atau bagaimana, pemerintah harus mengetahui
proses pendistribusiannya," tukasnya.
Adapun, pemerintah harus
memiliki data pergerakan arus barang dari titik ke titik yang lainnya,
atau dari gudang ke gudang yang lain, agar mengetahui apakah ada tindak
penimbunan atas barang komoditas tersebut.
"Saya kira pemerintah
tidak punya informasi seperti itu, harusnya mereka punya, jadi tahu
kapan stok dikirim dan arus putarannya tahu," ungkapnya.
Selain
itu, tegas Khudori, pemerintah harus mengetahui pelaju dominan di setiap
pasar. Karena, pelaku atau penjual barang komoditas di pasar itu hanya
sedikit jumlahnya. Seperti, terigu, daging, telur, gula, beras.
"Pemerintah
harus tahu pelaku dominan ini, karena sedikitnya jumlah pelaku dominan
tersebut, kalau mereka sekongkol menaikkan harga kan kita tidak tahu,"
tukasnya.
Maka dari itu, Khudori berkeinginan agar pemerintah
mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan sebagai faktor naiknya harga
jual komoditas di saat Bulan Ramadan. "Faktor inilah yang saya kira
membuat harga menjadi tinggi," tutupnya.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar