Global News : JAKARTA - Pemilik Ayam Bakar Ngimbang di kawasan Malang, Dymas Tunggul
Panuju memulai bisnis ayam bakar tersebut dengan modal kreativitas dan
uang Rp4,5 juta. Dalam waktu lima tahun, dirinya berhasil
melipatgandakan omzet bisnis ayam bakarnya sampai ratusan juta rupiah
per tahun.
Dirinya mengawali kariernya semasa mahasiswa saat
bekerja di sebuah rumah makan dan berpindah ke perusahaan katering
ternama untuk biaya hidup dan kuliah.
Diawali tugas dari Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk mengurus konsumsi, dirinya melakukan
dengan kualitas yang baik. Dari situ muncullah kreativitas untuk
menemukan peluang.
Mengutip dari buku Wirausaha Muda Mandiri,
urusan konsumsi tidak pernah habis. Pasalnya, dia melihat segmen untuk
di kampusnya sudah banyak peluang.
"Jika di Malang ada 36
perguruan tinggi, berapa besar peluang mereka memesan konsumsi ke
perusahaan katering yang akan saya dirikan dan berapa keuntungan
katering tersebut, saya yakin sangat besar," ujar Dimas.
Dengan
begitu, dirinya mulai membesarkan usahanya dengan melihat brand
awareness dari masyarakat tempat produk atau jasa tersebut dipasarkan.
Oleh karena itu, Dymas yang asli Lamongan, memiliki pemikiran dan
idealisme sebelum memilih brand Ayam Bakar Ngimbang.
"Krisis yang
bagaimana pun beratnya, kondisi bisnis di bidang kuliner tetap eksis
sepanjang masa, segmen bisnis kuliner bisa dinikmati semua kalangan
akrena manusia membutuhkan pangan untuk hidup," ujar Dymas.
Berkat
Ayam Bakar Ngimbang tersebut, membuat pemerintah kabupaten Lamongan
terdorong untuk meningkatkan potensi dan keunggulan daerah, dengan
menarik investasi serta penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Semula
saya hanya membuat produk seadanya, yang penting enak, namun setelah
usaha katering semakin dikenal, saya harus ciptakan ciri khas, saya buat
penelitian pengembangan produk dan studi konsumen di laboratorium
pangan, dari 30 orang panelis muncullah nama Ayam Bakar Ngimbang," ujar
Dymas.
Sebaik-baiknya pendapatan bisnis terbang bebas ke atas,
pasti akan terjadi puncaknya yang akan kembali ke bawah. Hal tersebut
dialami oleh Dymas. Pasalnya pada saat flu burung melanda Indonesia,
bisnisnya ikut terjun bebas. "Bahkan omzetnya hanya tinggal 25 persen,"
kata dia.
Namun dirinya yakin , lambat laun kepercayaan dari
konsumen akan kembali dengan sendirinya. Baginya, jatuh bangun bisnis
adalah hal biasa.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar