Global News : JAKARTA - Darmin Nasution yang saat ini sudah tidak
lagi menjadi orang nomor satu di Bank Indonesia (BI) mengaku, selama
lima tahun menjabat sebagai Gubernur BI, dirinya selalu mengupayakan
untuk membangunkan kesadaran di dalam internal BI agar bisa merenungkan
ulang hakikat dari bank sentral itu sendiri.
Di dalam bukunya
yang berjudul "Bank Sentral Itu Harus Membumi", Darmin menjelaskan,
pandangan masyarakat terhadap bank sentral haruslah elitis. Di mana
hasil kerja BI tidaklah harus langsung dirasakan oleh masyarakat.
Selain itu Bank Sentral tidak boleh terjebak pada kecanggihan model
ekonomi.
"Saya melihat ada risiko keterjebakan ini ketika banyak
orang yang sudah terlalu asyik dalam area kerangka kebijakan moneter
yang sudah canggih,” ungkap Darmin.
“Sebagai orang-orang yang
sadar betul akan kehebatan mereka. Ini harus diakui, kemampuan teknis
dari sumber daya manusia dan pranata kelembagaan di BI tergolong baik.
Namun kesadaran akan kualitas itu yang justru menjebak dan meninabobokan
mereka," tukas Darmin.?
Pada bukunya itu, dia juga sempat
membanding-bandingkan dengan karyawannya saat dia masih menjabar sebagai
Dirjen Pajak. Darmin menilai karyawan pajak cukup terbuka. Darmin
pernah mendengar pernyataan karyawan Pajak tersebut dengan kata-kata,
"Mana ada orang pajak itu yang bersih benar, Pak Darmin, ada tidak
kira-kira?".
"Tapi sebaliknya, di BI, pada umumnya
orang-orangnya justru yang seolah-olah ingin mengatakan, mana ada orang
BI yang salah, Pak Darmin?," ucapnya.
Dia menilai, mentalitas
seperti itu tidak produktif. Menurutnya, jika seseorang sedang berada
pada kondisi terburuknya, justru saat itu dia tidak tahu kalau dia
sedang mengalami itu.
Dalam kisahnya, Darmin selalu
mengupayakan dan berusaha untuk membangun kesadaran institusi yang
dipimpinnya dalam ketidaktahuan terhadap berbagai perkembangan di
perekonomian yang terus bergerak.? "Kondisi yang kita tidak tahu banyak,
atau minimal tidak terpikirkan bahwa tengah terjadi dalam sistem
perekonomian ini," imbuh Darmin.?
?"BI itu harus bisa bangun dari
keasyikannya bermain di wilayah elit dengan hanya mengutak-atik model,
instrumen dan segala persoalan teknis di wilayah pasar keuangan,"
paparnya.
?Selain itu, lanjut dia, BI juga harus berani keluar
dari suatu kondisi yang dibilang nyaman. "Dia harus berani keluar dari
wilayah nyamannya. Berkotor-kotor dengan persoalan riil yang dihadapi
rakyat kecil yang tidak punya akses pada pembangunan.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar