Global News World : Dua bom meledak di sebuah sekolah di kawasan Thailand selatan, Selasa 10
September, menewaskan dua tentara dan melukai seorang siswa.
Serangan ini menjadi langkah mundur dalam proses perdamaian
di kawasan yang dilanda pergolakan kelompok militan Islam.
Para guru -yang dianggap sebagai perwakilan pemerintah- dan tentara sering menjadi sasaran.
Pihak berwenang mengatakan bom pertama diledakkan untuk
mengundang tentara datang dan setelah itu baru bom kedua meledak.
"Bom diletakkan di bawah bangku di depan pos penjagaan di
dalam sekolah," tutur salah seorang juru bicara militer, Kolonel Pramote
Promin, kepada kantor berita AFP.
Dia menuding kelompok pemberontak yang menamakan diri
Barisan Revolusi Nasional, BRN, yang mengatur serangan di Provinsi Yala
ini.
"Itu pekerjaan BRN yang memiliki obsesi atas kekerasan," tambahnya.
Sempat ditutup
Sekitar 60.000 tentara tambahan dikerahkan ke Provinsi Yala, Pattani, dan Narathiwat di
Thailand Selatan yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Bulan Desember lalu,
hampir 400 sekolah di Provinsi Narathiwat
ditutup selama dua hari karena dua orang guru ditembak. Sepekan
sebelumnya, 300 lebih sekolah sempat tutup di Porvinsi Pattani karena
alasan keamanan.
Sejak maraknya pergerakan militan di kawasan ini sekitar sepuluh tahun lalu, sudah jatuh korban 5.700 jiwa.
Saat ini beberapa perundingan damai antara BRN dan
pemerintah Thailand sudah berlangsung dengan ditengahi pemerintah
Malaysia.
Pertemuan berikutnya direncanakan akan berlangsung kembali
pertengahan Oktober. Serangan terbaru ini meningkatkan kekhawatiran
bahwa para pemimpin kelompok militan tidak memiliki pengaruh kuat di
antara pendukung akar rumputnya.
detiknews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar