Global News World : JAKARTA - Sepeda menjadi alternatif kendaraan yang kerap digunakan mahasiswa untuk menggalakkan program go green.
Tapi, tidak demikian dengan Septi Dwirahayu. Keterbatasan biaya
memaksanya menggowes sepeda dari rumah ke kampus yang berjarak 20
kilometer.
Setiap hari, tanpa mengeluh, mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY) itu memacu sepeda kesayangannya menelusuri
sepanjang Jalan Godean menuju Yogyakarta. Satu jam waktu yang diperlukan
untuk tiba di kampus dari rumahnya di Dusun Tegalrejo, Sumbersari,
Moyudan, Sleman.
Berasal dari keluarga dengan ekonomi bawah tidak
menghalangi keinginan alumni SMKN 1 Godean itu untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Sayangnya, dara kelahiran Sleman, 28
September 1993 tersebut tidak lolos seleksi jalur undangan Bidik Misi.
Tidak
menyerah, Septi pun menjajal Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Usahanya berbuah manis. Dia berhasil diterima pada
Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNY.
Ayah
Septi, Giyono yang berprofesi sebagai buruh pembelah kayu bakar memutar
otak agar dapat membayar uang masuk kuliah sang anak. Tanah warisan dari
sang nenek pun terpaksa harus dijual sebagai solusi. Beruntung, Septi
dapat kuliah secara gratis di UNY karena mendapatkan beasiswa Bantuan
Belajar Mahasiswa (BBM) sejak semester pertama hingga sekarang.
Permasalahan
berikutnya kembali menghadang, yaitu ongkos transportasi dari rumah ke
kampus. Kos bukan pilihan karena keterbatasan biaya. Maka, dimulailah
petualangan Septi dengan mengendarai sepeda setiap pagi sejauh 20
kilometer selama sekira satu jam.
”Jika kuliah dimulai pukul 7
pagi, saya biasanya berangkat sekira pukul 6 pagi dari rumah, belum lagi
jika ada kendala hujan. Kalau di kampus, saya sering ditraktir makan
siang oleh teman-teman dan jarang jajan untuk menghemat uang saku,"
ungkap anak kedua dari empat bersaudara itu sembari tersenyum, seperti
dikutip dari laman UNY, Sabtu (24/8/2013).
Tidak main-main,
prestasi Septi di kampus sangat memuaskan. Dia berhasil menelurkan karya
ilmiah berjudul ”Identifikasi Karir Anak Tunarungu, Keefektifan Mind
Mapping Technique pada Anak Berkesulitan Belajar dan Pengembangan Iqra’
Alphabet pada Anak Tunagrahita Kategori Ringan” serta meraih Indeks
prestasi kumulatif (IPK) cumlaude dengan nilai 3,70.
Menurut
salah satu teman kuliah Septi, yakni Murtisari Laras, Septi cukup aktif
baik dalam organisasi fakultas maupun dalam mengikuti perkuliahan.
”Septi termasuk anak yang pandai. Dia juga mudah menangkap materi
perkuliahan serta aktif di himpunan mahasiswa PLB dan DPM FIP,” ungkap
Murtisari.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar