Global News World : JAKARTA - Koordinator Eksekutif Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar, menilai jika
pemerintah tetap akan mengubah nama Jalan Merdeka Barat artinya mereka
tidak menghargai perasaan orang-orang yang menjadi korban kekerasan
semasa pemerintahan Soeharto.
"Enggak pantes Soeharto jadi nama jalan. Jangan ngawur. Artinya mereka
tidak memikirkan perasaan ibu dari korban Tri Sakti yang tertembak. Kan
kalau begitu harus memikirkan perasaan korban," kata Haris saat
dihubungi Okezone, Jumat (30/8/2013) malam.
Haris yang mengaku sudah tinggal lama di Jakarta pun tak melihat ada
manfaat jika nama Jalan Merdeka Barat diubah menjadi Jalan Soeharto.
"Kenapa wewenang digunakan untuk sesuatu hal yang tidak disepakati.
Kalau perbaiki waduk oke untuk lingkungan bersama, kalau dia membenahi
transportasi kayak uji kelayakan oke. Tapi kalau memberi nama Soeharto
untuk jalan, publik buat apa?," ujar Haris.
Menurutnya, akan lebih baik jika pemerintah membuat monumen penembakan semanggi atau museum tentang Soeharto terlebih dahulu.
"Kalau dia mau bikin jalan Soeharto, bikin dulu museum tentang peristiwa
keras di Jakarta. Pemerintah harus mengakui tentang hal buruk apa yang
terjadi," pungkasnya.
Sebelumnya, Panitia
Delegasi 17 mengusulkan pada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk
mengusulkan pengabadian para pahlawan menjadi nama gedung dan nama jalan
di Jakarta.
Panitia Delegasi 17 pun mengusulkan nama Jalan Merdeka Barat akan
menjadi nama Jalan Soeharto dan Jalan Merdeka Timur menjadi Jalan Ali
Sadikin.
Setelah mendengar usulan itu, Jokowi menyatakan akan menyampaikannya
kepada presiden dan menyetujui untuk mengganti nama di Jalan Merdeka
Selatan dan Merdeka Utara dan nama Jalan Soekarno dan Jalan Mohamad
Hatta.
Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar