Selasa, 13 Agustus 2013

Copet dan Sopir Metro Ugal-ugalan Bikin Penumpang Deg-degan

Global News World : Jakarta - Bagi mayoritas warga Jakarta, khususnya golongan menengah dan bawah, armada Metromini menjadi andalan sarana transportasi. Meski sederet keburukan melekat pada Metromini, namun untuk sebagian besar warga ibu kota tak ada pilihan selain naik bus sejuta umat itu.

Deret panjang pengalaman buruk tak bisa dilepaskan dari para penumpangnya. Zahrina Maulida alias Ina, siswa kelas III SMK 37 Pasarminggu, Jakarta Selatan, mempunyai
kisah tidak mengenakkan saat naik Metromini. "Kalau kita pas pulang sekolah jam 3, mereka (Metromini) suka ngebut lewat jalur busway, terus kita dioper pas di jalur itu," kata Ina mengungkapkan pengalaman buruknya kepada detikcom Senin (12/8).

Tidak hanya itu, Ina mengungkapkan pengalamannya yang lebih buruk lagi ketika naik Metromini nomor 77 dengan trayek Blok M-Ragunan. "Rokku pernah nyangkut di pembatas jalur busway, kan sekarang ditinggikan, sementara kita dioper ke bis lain di lajur yang berbeda," tuturnya.

Kusni, 24 tahun, warga Pasarminggu, juga memiliki pengalaman yang membuat hatinya miris ketika naik bus oranye itu. Senin malam kemarin, pria asli Jakarta itu baru pulang dari kantornya di Sinarmas Land, tempat dia bekerja sebagai office boy selama empat tahun.
"Biasanya saya berangkat kerja naik Metromini 640 dan pulangnya naik Kopaja 19 dan Metromini 75," kata Kusni. Dari pengalaman bolak-balik naik Metromini, dia sangat sering memergoki tindak kriminal berupa pencopetan di dalam bis. "Bulan lalu sebelum puasa saya sempat hampir kecopetan lagi pas naik Metromini 640, untungnya saya lihat copetnya ngambil HP dari saku celana saya, jadi saya ambil lagi dari dia," ujarnya.

Selain keamanan yang sangat tak terjaga, Kusni juga "gerah" dengan supir-supir Metromini yang sering ugal-ugalan. "Supirnya banyak yang muda-muda, pada nembak (tidak punya SIM)," katanya. Walau begitu, dia masih tetap memilih Metromini sebagai moda transportasi sehari-hari karena alasan murah dan praktis karena tak harus turun di halte.

Pengguna setia Metromini lainnya, Silvi Tutuarima, 41 tahun, setiap hari kerja juga selalu naik Metromini dengan nomor trayek 75 dari Pasar Minggu. Warga Depok yang berkarir sebagai sekretaris di perusahaan optik mata di bilangan Tendean, Jakarta Selatan, ini baru-baru ini punya pengalaman yang juga tak mengenakkan.

"Mereka suka over penumpang di tengah jalan, kan menyebalkan. Kadang-kadang kita bawaannya banyak, kondisi capek terus disuruh turun," kata dia kepada detikcom, Senin (12/8) malam kemarin. Bagi Silvi, persoalan mengalihkan penumpang secara sembarangan itu adalah poin paling tak disuka. Dia bahkan sampai hafal sopir-sopir yang sering memindahkan penumpang seenaknya.

Alasan sopir yang ugal-ugalan juga membuat Wulan, 27 tahun, memberikan poin minus bagi Metromini. "Kalau lagi kebut-kebutan, mereka juga suka saling menyalip bahkan menyerempet (kendaraan) yang lain, kita penumpang jadi ngeri. Belum lagi kalau ngebut terus supirnya berantam, kita takut jadi sasaran," kata Wulan saat ditemui di Blok M Senin (12/8).

Ibu satu anak ini tinggal di Mampang Prapatan dan bekerja sebagai sales di toko buku Gramedia, Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Sehari-hari ia menggunakan Metromini nomor trayek 72 jurusan Blok M-PIM-Lebak Bulus. Baginya bis tersebut dipilih karena alasan murah. "Tapi tempat duduknya banyak yang karatan, gak nyaman."

detiknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar