Global News World : Jakarta - Bagi mayoritas warga Jakarta, khususnya
golongan menengah dan bawah, armada Metromini menjadi andalan sarana
transportasi. Meski sederet keburukan melekat pada Metromini, namun
untuk sebagian besar warga ibu kota tak ada pilihan selain naik bus
sejuta umat itu.
Deret panjang pengalaman buruk tak bisa
dilepaskan dari para penumpangnya. Zahrina Maulida alias Ina, siswa
kelas III SMK 37 Pasarminggu, Jakarta Selatan, mempunyai
kisah tidak
mengenakkan saat naik Metromini. "Kalau kita pas pulang sekolah jam 3,
mereka (Metromini) suka ngebut lewat jalur busway, terus kita dioper pas
di jalur itu," kata Ina mengungkapkan pengalaman buruknya kepada
detikcom Senin (12/8).
Tidak hanya itu, Ina mengungkapkan
pengalamannya yang lebih buruk lagi ketika naik Metromini nomor 77
dengan trayek Blok M-Ragunan. "Rokku pernah nyangkut di pembatas jalur
busway, kan sekarang ditinggikan, sementara kita dioper ke bis lain di
lajur yang berbeda," tuturnya.
Kusni, 24 tahun, warga
Pasarminggu, juga memiliki pengalaman yang membuat hatinya miris ketika
naik bus oranye itu. Senin malam kemarin, pria asli Jakarta itu baru
pulang dari kantornya di Sinarmas Land, tempat dia bekerja sebagai
office boy selama empat tahun.
"Biasanya saya berangkat kerja naik Metromini 640 dan pulangnya naik
Kopaja 19 dan Metromini 75," kata Kusni. Dari pengalaman bolak-balik
naik Metromini, dia sangat sering memergoki tindak kriminal berupa
pencopetan di dalam bis. "Bulan lalu sebelum puasa saya sempat hampir
kecopetan lagi pas naik Metromini 640, untungnya saya lihat copetnya
ngambil HP dari saku celana saya, jadi saya ambil lagi dari dia,"
ujarnya.
Selain keamanan yang sangat tak terjaga, Kusni juga
"gerah" dengan supir-supir Metromini yang sering ugal-ugalan. "Supirnya
banyak yang muda-muda, pada nembak (tidak punya SIM)," katanya. Walau
begitu, dia masih tetap memilih Metromini sebagai moda transportasi
sehari-hari karena alasan murah dan praktis karena tak harus turun di
halte.
Pengguna setia Metromini lainnya, Silvi Tutuarima, 41
tahun, setiap hari kerja juga selalu naik Metromini dengan nomor trayek
75 dari Pasar Minggu. Warga Depok yang berkarir sebagai sekretaris di
perusahaan optik mata di bilangan Tendean, Jakarta Selatan, ini
baru-baru ini punya pengalaman yang juga tak mengenakkan.
"Mereka
suka over penumpang di tengah jalan, kan menyebalkan. Kadang-kadang
kita bawaannya banyak, kondisi capek terus disuruh turun," kata dia
kepada detikcom, Senin (12/8) malam kemarin. Bagi Silvi, persoalan
mengalihkan penumpang secara sembarangan itu adalah poin paling tak
disuka. Dia bahkan sampai hafal sopir-sopir yang sering memindahkan
penumpang seenaknya.
Alasan sopir yang ugal-ugalan juga membuat
Wulan, 27 tahun, memberikan poin minus bagi Metromini. "Kalau lagi
kebut-kebutan, mereka juga suka saling menyalip bahkan menyerempet
(kendaraan) yang lain, kita penumpang jadi ngeri. Belum lagi kalau
ngebut terus supirnya berantam, kita takut jadi sasaran," kata Wulan
saat ditemui di Blok M Senin (12/8).
Ibu satu anak ini tinggal
di Mampang Prapatan dan bekerja sebagai sales di toko buku Gramedia,
Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Sehari-hari ia menggunakan Metromini
nomor trayek 72 jurusan Blok M-PIM-Lebak Bulus. Baginya bis tersebut
dipilih karena alasan murah. "Tapi tempat duduknya banyak yang karatan,
gak nyaman."
detiknews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar